BAB 10 PERBEDAAN PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
1. Perbedaan Prasangka Dan Diskriminasi
Sikap negatif terhadap sesuatu disebut prasangka.
Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam pengertian
positif. Namun demikian belum jelas benar ciri-ciri kepribadian mana yang
membuat seseorang mudah berprasangka buruk. Sementara pendapat menyebutkan
bahwa orang yang berintelegensi tinggi, lebih sukar berprasangka buruk. Karena
ia mempunyai sikap kritis.
Tetapi fakta dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa mereka yang tergolong dalam jajaran kaum cendikiawan, juga para pemimpin dan negarawan juga bisa berprasangka buruk. Lahirnya senjata-senjata antarbenua (Inter Continental Balistic Missile – ICMB) adalah suatu hasil dari prasangka buruk yang berlebihan dari para pemimpin dan negarawan negara adikuasa. Bukankan pemasangan rudal-rudal jarak pendek milik Amerika di daratan Eropa Barat adalah buah dari prasangka buruk Amerika terhadap Uni Soviet?
Tetapi fakta dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa mereka yang tergolong dalam jajaran kaum cendikiawan, juga para pemimpin dan negarawan juga bisa berprasangka buruk. Lahirnya senjata-senjata antarbenua (Inter Continental Balistic Missile – ICMB) adalah suatu hasil dari prasangka buruk yang berlebihan dari para pemimpin dan negarawan negara adikuasa. Bukankan pemasangan rudal-rudal jarak pendek milik Amerika di daratan Eropa Barat adalah buah dari prasangka buruk Amerika terhadap Uni Soviet?
Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya
bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Di Indonesia,
kelompok Cina sebagai kelompok minoritas, sering menjadi rasial, walaupun
secara yuridis telah menjadi warga negara Indonesia.
Sikap berprasangka buruk jelas tidak adil, sebab sikap
yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar.
Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu muncul dari pikiran sepintas,
untuk kemudian disimpulkan dan dijadikan sifat dari seluruh anggota kelompok
sosial tertentu.
Prasangka diskriminasi ras yang berkembang di kawasan
Afrika Selatan dan sekitarnya membuat kawasan itu selalu bergolak.
Konflik-konflik aantarsuku, maupu antarras di kawasan ini selalu bergolak.
Konflik-konflik antarsuku, antarras tak dapat dihindari. Lebih jauh antara
kelompok minoratis kulit putih dengan kekuasaan dan kekuatan bersenjata yang
lebih tangguh, saling baku hantam dengan kelompok mayoritas orang-orang kulit
hitam. Tindak kekerasan di Afrika Selatan jelas-jelas merupakan manifestasi
dari pertentangan sosial yang berlarut-larut.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa prasangka buruk terhadap
kelompok tertentu dapat menimbulkan diskriminatif terhadap kelompok lain.
Sebab timbulnya prasangka dan diskriminatif adalah :
- Latar belakang sejarah
- Perkembangan sosio-kultural dan situasional
- Faktor kepribadian
- Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama
-
- Latar belakang sejarah
- Perkembangan sosio-kultural dan situasional
- Faktor kepribadian
- Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama
-
Cara mengurangi/menghilangkan prasangka buruk dan
diskrimatif
- Perbaikan kondisi sosial dan ekonomi
- Perluassan kesempatan belajar
- Sikap terbuka dan lapang dada
- Perbaikan kondisi sosial dan ekonomi
- Perluassan kesempatan belajar
- Sikap terbuka dan lapang dada
2. ENTOSENTRISME
Suatu bangsa cenderung menganggap kebudayaan mereka
sebagai salah sesuatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan
sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang
sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan kodrat
alam, dan sebagainya. Sikap di atas disebut Entosentrisme, Kecenderungan yang
menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang
prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan
membedakan dengan kebudayaan lain.
Entosentrisme nampaknya merupakan gejala sosial yang
universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar.
Dengan demikian entrosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaan
sendiri. Sikap ini dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak
luwes.
← BAB 9
← BAB 9