Blogger news

Minggu, 25 November 2012

BAB 4 PEMUDA DAN SOSIALISASI

BAB 4 PEMUDA DAN SOSIALISASI

1.    Internalisasi Belajar dan Spesialisasi

Orientasi Mendua
       Menurut Dr. Male adalah orientasi yang bertumpu pada harapan orang tua, masyarakat dan bangsa yang bertentangan dengan keterkaitan serta loyalitas terhadap peer (teman sebaya), apakah itu dilingkungan belajar (sekolah) atau diluar sekolah. Keadaan bimbang akibat orientasi mendua, menurut Dr. Malo juga menyebabkan remaja nekad melakukan tindak bunuh diri. Dengan menguntip hasil penelitian Dr. Prayitno mengenai percobaan bunuh diri di Jakarta dalam hubungannya dengan diagnosis psikiatris dan faktor sosial kultural terhadap 1337 kasus percobaan bunuh diri di 13 RSU Jakarta 1982/1983, diketahui bahwa 5,6 persen remaja mencoba bunuh diri dalam kurun waktu tersebut.
 Peran Media Massa
     Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, ditandai beberapa ciri. Ciri-ciri ini menyebabkan kecenderungan remaja terlahap begitu saja arus informasi yang serasi dengan selaras dan keinginana mereka. Sebagai jalan ke luar ahli komunikasi ini melihat perlunya membekali remaja dengan keterampilan berinformasi yang mencakup kemampuan menemukan, memilih, menggunakan dan mengevaluasi informasi.
2.    Pemuda dan Identitas
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus. Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri ditengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu tahapan pengembangan dan pembinaannya, melalui proses kematangan dirinya dan belajar pada berbagai media sosialisasi yang ada dimasyarakat.

a.    Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pola dasar pembinaan dan penegmbangan generasi muda diterapkan oleh Menteri pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober1978.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan :
1.    Landasan idiil : Pancasila
2.    Landasan konstitusional : UUD 1945
3.    Landasan strategis : Garis-garis Besar Haluan Negara
4.    Landasan historis : Sumpah pemuda tahun 1982 dan Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
5.    Landasan normatif : Etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat.

b.    Masalah dan Potensi Generasi Muda
1.    Permasalahan Generasi Muda
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain :
a.    Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme.
b.    Kekurangan kepastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
c.    Belum seimbanganya antara generasi muda dengan fasilitas pendidikan.
d.    Kurangan ya lapangan pekerjaan.
e.    Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembanagn kecerdasaan dll.

2.    Potensi-potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perludikembangakan adalah :
a.    Idealisme dan daya kritis.
b.    Dinamika dan kreatifitas.
c.    Keberanian mengambil resiko.
d.    Optimis dan kegairahan semangat.
e.    Sikap kemandirian dan disiplin murni.
f.     Terdidik dll.

3. Perguruan dan Pendidikan

A.     Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Negara-negara yang sedang berkembang masih banyak mendapat kesulitan untuk penyelenggaraan pengembangantenaga usia muda memalui pendidikan. Kekurangan tenaga terampil itu terasa manakala negara-negara sedang berkembang merencanakan dan berambisi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka miliki.
B.     Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Indonesia menghadapi kenyataan untuk melakukan usaha keras “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dewasa ini sudah sekitar 80% dari usia sekolah dasar (6-12) tahun dapat ditampung oleh fasilitas pendidikan dasar yang ada. Tetapi masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan memebentuk manusia-manusia membangun. Sebab hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang mengembangkan semangat. Untuk  itu maka diperlukannya adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila.


← BAB 3                                                                                                   BAB 5 →

Blogger templates

Blogroll

Total Tayangan Halaman

Just Share | Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all